(cerpen tersinspirasi oleh
lagu “Pemilik Hati”)
Oleh : Ade Yunita
Dia yang membuatnya
begini. Ya, hanya dia yang mampu membuatnya sungguh tergila-gila. Dia yang
selalu memberikan senyuman indahnya. Ketika dia bermain futsal di lapangan
sekolah bersama teman-temannya pun, senyum itu tak pernah lekang. Dia sering
tersenyum di sela-sela permainannya. Sebenarnya, dia itu bukan anggota tim
futsal sekolah. Ya, mungkin itu cuma buat hiburan aja, namanya juga cowok.
Identik dengan sepak bola. Meskipun begitu, permainannya lumayan bagus. Kakinya
terlihat sangat lincah saat menggocek si kulit bundar. Saat ia mencetak gol,
dia langsung berlari dengan gaya selebrasi khasnya. Dengan senyumannya yang
paling manis, matanya yang bersinar cerah. Wajahnya anggun meskipun disertai
bintik-bintik air yang menetes di dahinya. Namun hal tersebut justru makin
membuatnya terlihat cool.
Di depan ruang kelas XI
S4, nampak seorang gadis yang diam-diam selalu mempehatikannya. Ya! Si pemilik
senyuman manis itu. Hanya dia yang selalu dipikirkannya. Akankah si dia juga
memikirkannya ? Dia yang akrab disapa “Damian” adalah teman sekelasnya sendiri.
Yaa.. meskipun mereka tidak terlalu akrab di kelas. Tapi gadis itu diam-diam
memendam rasa padanya. Gadis itu adalah “Serena”.
******
Sore itu, Serena sedng
asyik membaca novel dengan santai di kamarnya. Sesekali ia menatap dan mengecek
ponselnya. Berangan-angan kalau Damian mengirimkan pesan singkat untuknya.
Barangkali saja dia menanyakan tentang tugas sekolah. Tetapi sekali lagi, itu
hanyalah angan-angannya. Ia tak pernah mendapati hal tersebut. Suatu hal yang
memang sangat ia harapkan. Tetapi ia tahu, hal itu tak mungkin terjadi.
“1 New Message”
Tulisan tersebut
terpampang di layar ponsel milik Serena. Pertanda sebuah pesan singkat yang
akrab di sama “SMS” masuk ke ponselnya. Perhatiannya yang tadi terfokus pada
novel, sontak teralihkan. Ada senyuman kecil di bibirnya. Dengan semangat dan
penuh harap ia membuka pesan itu. Namun, raut muka cerah dan senyuman yang baru
saja hadir dalam diri Serena menjadi lenyap. Ia mengerutkan alisnya dan
memanyunkan bibirnya.
“Ah seharusnya aku tidak terlalu semangat
melihat pesan ini. Dan seharusnya aku juga tidak terlalu berharap. Bukannya SMS
dari Damian, yang dateng malah SMS suruh ngerjain tugas. Cape deehhh..!”
Serena melempar ponsel
itu di ranjang tempat tidurnya dengan agak kesal. Lalu ia berbaring di
ranjangnya. Tatapannya kosong. Pandangannya lurus ke depan, ke langit-langit
kamarnya. Hening sejenak. Namun dengan sedikit malas ia mengambil ponselnya dan
membaca SMS itu sekali lagi. Matanya langsung membelalak ketika ia membaca
bagian akhir pesan itu.
“Dikumpulkan
besok !!”
“What !?”
Dengan tergesa-gesa Serena langsung bangkit
dari tempat tidurnya. Ia langsung menyalakan komputer dan mengerjakan tugas
sekolahnya.
******
Keesokan harinya, saat
jam istirahat. Lagi-lagi Serena duduk sendiri de depan kelasnya sambil terus
melihat ke lapangan sekolah dengun tersenyum. Ya, gadis itu lagi-lagi sedang
menonton permainan futsal. Yaa, meskipun sebenarnya ia tidak benar-benar
menonton pertandingannya. Pandangannya hanya terfokus pada satu orang saja.
Siapa lagi kalau bukan Damian. Setiap ada yang bermain futsal di lapangan,
Serena selalu seperti itu.
“Kenapa Ser ? Seneng
banget kayaknya ? senyum-senyum gitu” tanya seorang temannya, Putri.
“Oh! Enggak..
nggak pa-pa.” jawab Serena cepat.
“Lagi ngeliatin siapa
hayyooo ??” goda Putri
“Enggak.. Nggak ngeliatin
siapa-siapa kok.”
“Hehe.. ke kantin yuuk,
laper nih!”
“Hah ?” respon Serena sambil
tetap melihat ke lapangan.
“Ayooo
!” Putri menarik tangan Serena. Akhirnya Serena terpaksa
mengikuti
Putri. Namun, pandangannya masih tetap tertuju ke Damian, sampai-sampai ia
menabrak seseorang karena tidak memperhatikan depannya.
“Ups!! Sorry..”
Serena memang tidak pernah menceritakan
perasaan terpendamnya pada Damia kepada siapapun. Termasuk teman akrabnya,
Putri. Ia menyimpan rasa ini seorang diri di dalam lubuk hatinya. Hanya ia dan
Tuhan yang tahu.
******
Semester ganjil pun tak terasa telah berlalu. Tidak
ada yang spesia bagi Serena selama semester ini. Semuanya berjalan dengan
normal dan datar-datar saja.
Teett… tet… teeett. Bunyi
bel pertanda masuk berbunyi.
“
Selamat pagi, anak-anak” sapa Bu Leni seraya masuk kelas
“Pagi,
Bu” jawab kelas XII S4 serentak
“Hari ini kita akan
melakukan sebuah penelitian. Sebuah analisis mengenai perilaku-perilaku
menyimpang. Dibentuk kelompok ya, per kelompok 6 orang”
“Mau
buat kelompok sendiri apa saya yang buatkan ?” tanya Bu Leni
“Ibu
saja yang buat, biar adil” jawab beberapa anak
“Oke.”
Setelah Bu Leni menentukan kelompok dan
membacakannya, betapa terkejutnya Serena , mengetahui bahwa dirinnya satu
kelompok dengan Damian. Ia kaget, bingung, senang, tidak percaya, semua
bercampur jadi satu. Ia senang dan bersemangat karena bisa satu kelompok dengan
Damian. Bisa jadi lebih dekat dengan Damian, bisa ngobrol dan bertukar pikiran.
Tapi ia juga sekaligus sedikit takut dan gugup. Bagaimana kalau ia sampai salah
tingkah di depan Damian ? Bagaimana kalau ia terlihat bodoh di depannya ? Semua
hal itu berkecamuk di hati dan pikiran Serena.
“Sekarang silahkan
berkumpul menurut kelompoknya masing-masing.” Kata Bu Leni.
Beberapa menit telah berlalu. Semua kelompok
masih sibuk berdiskusi tentang permasalahan yang mereka analisa. Kelompok
Serena juga sedang sibuk berdiskusi. Serena terlihat serius mendengarkan
temannya yang sedang menyatakan pendapat. Meskipun sebenarnya, jantungnya
berdegup kencang dan dia grogi sekali berada di dekat Damian. Cowok itu duduk
tepat di sebelahnya. Tapi Serena berusaha untuk menutupi rasa groginya. Ketika
Damian bersuara menyampaikan pendapatnya, Serena terus menatapnya. Dia tidak
pernah mengalihkan perhatiannya. Bukannya fokur pada apa yang Damian katakan,
dia malah terpesona oleh paras tampan dan gaya biacara Damian. Serena terus
saja menatap Damian ketika….
“Bagaimana menurutmu, Serena ?” tanya Damian
Sontak saja Serena kaget oleh pertanyaan
Damian itu. Tapi dia tidak menunjukkannya secara terang-terangan.
“Hah ?? Eh… Bagus. Aku setuju pendapatmu,
Damian.” Jawab Serena sedikit terbata-bata. Huuft !! seru Serena dalam hati.
Untung saja dia bisa menguasai diri.
Jam pelajaran Sosiologi telah usai, bel
pertanda istirahat juga telah berbunyi. Siswa-siswi langsung berhamburan keluar
kelas untuk beristirahat.
Setelah membeli minuman di kantin, Serena
duduk di depan kelasnya seperti biasa. Dia duduk sambil termenung beberapa
saat. Sampai sebuah suara mengalihkan Serena dari renungannya.
“Serena.” Panggil Damian
Serena menoleh ke arah suara itu berasal dan
dia hanya bengong dan mengedip-ngedipkan matanya ketika melihat sosok di
belakangnya, sedikit tidak percaya. Tapi dengan cepat Serena bisa menguasai
diri.
“Ya
? Ada apa ?” tanya Serena agak gugup
“Nggak pa pa sih…” Damian kemudian duduk di
sebelah Serena. “Kelihatannya tadi kamu sedang asyik dengan pikiranmu.”
“Ah.. Enggak. Nggak kok.”
Akhirnya mereka mengobrol dengan santai,
sampai Damian pergi menuju lapangan untuk bermain futsal. Serena merasa senang
bukan kepalang. Baru kali ini dia bisa mengobrol dengan Damian. Meskipun tidak
terlalu lama.
Sejak saat itu, Serena dan Damian menjadi
lebih akrab. Mereka lebih sering bertegur sapa. Serena juga sudah tidak terlalu
canggung lagi ketika berbicara dengan Damian.
******
Tak terasa waktu berlalu
dengan cepat. Tak terasa kini Serena sudah kelas dua belas. Selama ini juga ia
memndam rasa pada Damian. Kalau dihitung-hitung sudah hampir 3 tahun.
Serena menjalani kehidupan menjadi siswi
kelas dua belas yang begitu padat. Padat akan tugas-tugas sekolah dan persiapan
untuk ujian akhir. Dia juga sudah jarang bercengkerama dengan Damian. Bahkan
dia tidak tahu kabar terbaru tentang Damian.
******
Suatu pagi yang cerah.
Ketika itu sekolah masih sepi. Waktu menunjukkan kurang dari pukul 6. Serena
datang lebih awal dari biasanya. Beberapa menit kemudian, Putri datang.
“Serenaaa…!!” teriak Putri sambil berlari
menuju Serena. Ia tidak langsung menuju kelas, tapi ia duduk di sebelah Serena.
“Ada apa sih, Put ?
heboh banget. Kamu baru dapet lotre ?” tanya Serena bercanda.
“ Amiin semoga dapet
lotre beneran..” sahut Putri sambil menengadahkan kedua tangannya seperti
berdoa.
“Haha.. Amiin.”
“Eh, aku punya berita hebbohh banget.”
“Apaan ? Soal apa ?” tanya Serena dengan nada
sedikit tidak tertarik.
“Ini tentang Damian.”
Damian
? tanya Serena dalam hati. Dia langsung penasaran dengan berita itu.
Apalagi ini menyangkut Damian.
“Damian kenapa ?” tanya Serena
“Jangan kaget ya..”
“Apaan sih ? Buruan..” desak Serena makin
penasaran.
“ Tau nggak, ternyata Damian udah jadian sama
Feny anak kelas XII A3”
Seketika itu Serena langsung terdiam. Kaget
akan apa yang telah didengarnya. Tidak percaya. Wajah Serena langsung terlihat
murung.
Ternyata berita tentang Damian itu sangat
mempengaruhi Serena. Saat jam pelajaran di kelas, Serena tampak tidak
bersemangat, tidak bergairah. Diam-diam dia juga menatapi Damian dengan rasa
kecewa dan tidak percaya.
*****
Hari ini adalah hari
yang melelahkan bagi Serena. Bukan karena pelajaran di sekolah, tapi karena
pikirannya yang selalu memikirkan berita yang disampaikan Putri padanya. ketika
bel pulang berbunyi, Serena memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat dia berjalan
menuju koridor sekolah, langkahnya terhenti sejenak. Ia melihat Damian sedang
bersama kekasih barunya. Mereka terlihat serasi. Yang satu tampan, yang satunya
lagi cantik. Mereka terlihat senang. Apa yang dilihatnya itu makin membuat
Serena patah hati. Dia melanjutkan jalannya. Saat Serena melintas di depan
mereka, dia sama sekali tidak menoleh. Pandangannya lurus ke depan. Sepintasn
ia melihat Damian menoleh padanya saat Serena melewatinya. Tapi Serena tidak
terlalu mempedulikannya.
Saat ia tiba di rumah,
ia langsung menuju kamarnya. Dia langsung membaringkan tubuhnya di tempat
tidur, memejamkan matanya. Dia merasa lelah. Pikirannya lelah karena berita
mengejutkan itu.
Sore itu, hujan turun dengan intensitas
sedang. Serena duduk di dekat jendela sambil memandang keluar. Dia melamun dan
merenung. Damian sudah menjadi milik orang lain. Dia tidak punya kesempatan.
Dia mengetahui kenyataan itu dengan jelas. Mungkin inilah saatnya ia melupakan
Damian. Melepaskan seluruh perasaannya terhadap Damian. Tapi, Serena sulit
untuk bisa melupakan Damian. Dia sudah menyukainya selama hampir 3 tahun. Sulit
untuk menghapus memori tentang Damian di hatinya. Keindahan senyumannya sudah
terpatri jelas di hati dan pikirannya. Kenangan ketika dia mengobrol dengan
Damian, senda gurau mereka. Bagaimana bisa Serena melupakan semua itu ?
Bagaimana caranya ?
Lama Serena duduk termenung di sana. Tanpa
terasa, air mata mengalir di pipinya. Pikirannya tentang Damian telah menguasai
emosinya. Tapi Serena langsung tersadar dan mengusap air matanya. Dia berusaha
tersenyum. Bagaimanapun sulitnya, ia akan berusaha dan mencoba untuk melepaskan
perasaannya pada Damian.. mungkin seiring berjalannya waktu, dia bisa
melupakannya. Mungkin juga tidak. Mungkin ia tidak bisa sepenuhnya melupakan
Damian. Kenangan-kenangan berharga tentangnya mungkin akan tetap bertahan dan
tersimpan rapi di lubuk hatinya yang terdalam. Mungkin semua itu akan terus
diingat sampai napas terakhirnya. Kenangan manis tentang Damian. Cinta
pertamanya. Sang pemilik hatinya.
-Sekian-
0 komentar:
Posting Komentar