Senin, 09 Maret 2015

Cerpen



Sang Pemilik Hati
(cerpen tersinspirasi oleh lagu “Pemilik Hati”)
Oleh : Ade Yunita

                        Dia yang membuatnya begini. Ya, hanya dia yang mampu membuatnya sungguh tergila-gila. Dia yang selalu memberikan senyuman indahnya. Ketika dia bermain futsal di lapangan sekolah bersama teman-temannya pun, senyum itu tak pernah lekang. Dia sering tersenyum di sela-sela permainannya. Sebenarnya, dia itu bukan anggota tim futsal sekolah. Ya, mungkin itu cuma buat hiburan aja, namanya juga cowok. Identik dengan sepak bola. Meskipun begitu, permainannya lumayan bagus. Kakinya terlihat sangat lincah saat menggocek si kulit bundar. Saat ia mencetak gol, dia langsung berlari dengan gaya selebrasi khasnya. Dengan senyumannya yang paling manis, matanya yang bersinar cerah. Wajahnya anggun meskipun disertai bintik-bintik air yang menetes di dahinya. Namun hal tersebut justru makin membuatnya terlihat cool.
                        Di depan ruang kelas XI S4, nampak seorang gadis yang diam-diam selalu mempehatikannya. Ya! Si pemilik senyuman manis itu. Hanya dia yang selalu dipikirkannya. Akankah si dia juga memikirkannya ? Dia yang akrab disapa “Damian” adalah teman sekelasnya sendiri. Yaa.. meskipun mereka tidak terlalu akrab di kelas. Tapi gadis itu diam-diam memendam rasa padanya. Gadis itu adalah “Serena”.
******
                        Sore itu, Serena sedng asyik membaca novel dengan santai di kamarnya. Sesekali ia menatap dan mengecek ponselnya. Berangan-angan kalau Damian mengirimkan pesan singkat untuknya. Barangkali saja dia menanyakan tentang tugas sekolah. Tetapi sekali lagi, itu hanyalah angan-angannya. Ia tak pernah mendapati hal tersebut. Suatu hal yang memang sangat ia harapkan. Tetapi ia tahu, hal itu tak mungkin terjadi.
                        “1 New Message”
                        Tulisan tersebut terpampang di layar ponsel milik Serena. Pertanda sebuah pesan singkat yang akrab di sama “SMS” masuk ke ponselnya. Perhatiannya yang tadi terfokus pada novel, sontak teralihkan. Ada senyuman kecil di bibirnya. Dengan semangat dan penuh harap ia membuka pesan itu. Namun, raut muka cerah dan senyuman yang baru saja hadir dalam diri Serena menjadi lenyap. Ia mengerutkan alisnya dan memanyunkan bibirnya.
                        “Ah seharusnya aku tidak terlalu semangat melihat pesan ini. Dan seharusnya aku juga tidak terlalu berharap. Bukannya SMS dari Damian, yang dateng malah SMS suruh ngerjain tugas. Cape deehhh..!”
                        Serena melempar ponsel itu di ranjang tempat tidurnya dengan agak kesal. Lalu ia berbaring di ranjangnya. Tatapannya kosong. Pandangannya lurus ke depan, ke langit-langit kamarnya. Hening sejenak. Namun dengan sedikit malas ia mengambil ponselnya dan membaca SMS itu sekali lagi. Matanya langsung membelalak ketika ia membaca bagian akhir pesan itu.
                        “Dikumpulkan besok !!”
                        “What !?”
                        Dengan tergesa-gesa Serena langsung bangkit dari tempat tidurnya. Ia langsung menyalakan komputer dan mengerjakan tugas sekolahnya.
******
                        Keesokan harinya, saat jam istirahat. Lagi-lagi Serena duduk sendiri de depan kelasnya sambil terus melihat ke lapangan sekolah dengun tersenyum. Ya, gadis itu lagi-lagi sedang menonton permainan futsal. Yaa, meskipun sebenarnya ia tidak benar-benar menonton pertandingannya. Pandangannya hanya terfokus pada satu orang saja. Siapa lagi kalau bukan Damian. Setiap ada yang bermain futsal di lapangan, Serena selalu seperti itu.
                        “Kenapa Ser ? Seneng banget kayaknya ? senyum-senyum gitu” tanya seorang temannya, Putri.
“Oh! Enggak.. nggak pa-pa.” jawab Serena cepat.
“Lagi ngeliatin siapa hayyooo ??” goda Putri
“Enggak.. Nggak ngeliatin siapa-siapa kok.”
“Hehe.. ke kantin yuuk, laper nih!”
“Hah ?” respon Serena sambil tetap melihat ke lapangan.
“Ayooo !” Putri menarik tangan Serena. Akhirnya Serena terpaksa
mengikuti Putri. Namun, pandangannya masih tetap tertuju ke Damian, sampai-sampai ia menabrak seseorang karena tidak memperhatikan depannya.
                        “Ups!! Sorry..”
                        Serena memang tidak pernah menceritakan perasaan terpendamnya pada Damia kepada siapapun. Termasuk teman akrabnya, Putri. Ia menyimpan rasa ini seorang diri di dalam lubuk hatinya. Hanya ia dan Tuhan yang tahu.
******
Semester ganjil pun tak terasa telah berlalu. Tidak ada yang spesia bagi Serena selama semester ini. Semuanya berjalan dengan normal dan datar-datar saja.
                        Teett… tet… teeett. Bunyi bel pertanda masuk berbunyi.
                        “ Selamat pagi, anak-anak” sapa Bu Leni seraya masuk kelas
                        “Pagi, Bu” jawab kelas XII S4 serentak
                        “Hari ini kita akan melakukan sebuah penelitian. Sebuah analisis mengenai perilaku-perilaku menyimpang. Dibentuk kelompok ya, per kelompok 6 orang”
                        “Mau buat kelompok sendiri apa saya yang buatkan ?” tanya Bu Leni
                        “Ibu saja yang buat, biar adil” jawab beberapa anak
                        “Oke.”
                        Setelah Bu Leni menentukan kelompok dan membacakannya, betapa terkejutnya Serena , mengetahui bahwa dirinnya satu kelompok dengan Damian. Ia kaget, bingung, senang, tidak percaya, semua bercampur jadi satu. Ia senang dan bersemangat karena bisa satu kelompok dengan Damian. Bisa jadi lebih dekat dengan Damian, bisa ngobrol dan bertukar pikiran. Tapi ia juga sekaligus sedikit takut dan gugup. Bagaimana kalau ia sampai salah tingkah di depan Damian ? Bagaimana kalau ia terlihat bodoh di depannya ? Semua hal itu berkecamuk di hati dan pikiran Serena.
                        “Sekarang silahkan berkumpul menurut kelompoknya masing-masing.” Kata Bu Leni.
                        Beberapa menit telah berlalu. Semua kelompok masih sibuk berdiskusi tentang permasalahan yang mereka analisa. Kelompok Serena juga sedang sibuk berdiskusi. Serena terlihat serius mendengarkan temannya yang sedang menyatakan pendapat. Meskipun sebenarnya, jantungnya berdegup kencang dan dia grogi sekali berada di dekat Damian. Cowok itu duduk tepat di sebelahnya. Tapi Serena berusaha untuk menutupi rasa groginya. Ketika Damian bersuara menyampaikan pendapatnya, Serena terus menatapnya. Dia tidak pernah mengalihkan perhatiannya. Bukannya fokur pada apa yang Damian katakan, dia malah terpesona oleh paras tampan dan gaya biacara Damian. Serena terus saja menatap Damian ketika….
                        “Bagaimana menurutmu, Serena ?” tanya Damian
                        Sontak saja Serena kaget oleh pertanyaan Damian itu. Tapi dia tidak menunjukkannya secara terang-terangan.
                        “Hah ?? Eh… Bagus. Aku setuju pendapatmu, Damian.” Jawab Serena sedikit terbata-bata. Huuft !! seru Serena dalam hati. Untung saja dia bisa menguasai diri.
                        Jam pelajaran Sosiologi telah usai, bel pertanda istirahat juga telah berbunyi. Siswa-siswi langsung berhamburan keluar kelas untuk beristirahat.
                        Setelah membeli minuman di kantin, Serena duduk di depan kelasnya seperti biasa. Dia duduk sambil termenung beberapa saat. Sampai sebuah suara mengalihkan Serena dari renungannya.
                        “Serena.” Panggil Damian
                        Serena menoleh ke arah suara itu berasal dan dia hanya bengong dan mengedip-ngedipkan matanya ketika melihat sosok di belakangnya, sedikit tidak percaya. Tapi dengan cepat Serena bisa menguasai diri.
                        “Ya ? Ada apa ?” tanya Serena agak gugup
                        “Nggak pa pa sih…” Damian kemudian duduk di sebelah Serena. “Kelihatannya tadi kamu sedang asyik dengan pikiranmu.”
                        “Ah.. Enggak. Nggak kok.”
                        Akhirnya mereka mengobrol dengan santai, sampai Damian pergi menuju lapangan untuk bermain futsal. Serena merasa senang bukan kepalang. Baru kali ini dia bisa mengobrol dengan Damian. Meskipun tidak terlalu lama.
                        Sejak saat itu, Serena dan Damian menjadi lebih akrab. Mereka lebih sering bertegur sapa. Serena juga sudah tidak terlalu canggung lagi ketika berbicara dengan Damian.
******
                        Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa kini Serena sudah kelas dua belas. Selama ini juga ia memndam rasa pada Damian. Kalau dihitung-hitung sudah hampir 3 tahun.
                        Serena menjalani kehidupan menjadi siswi kelas dua belas yang begitu padat. Padat akan tugas-tugas sekolah dan persiapan untuk ujian akhir. Dia juga sudah jarang bercengkerama dengan Damian. Bahkan dia tidak tahu kabar terbaru tentang Damian.
******
                        Suatu pagi yang cerah. Ketika itu sekolah masih sepi. Waktu menunjukkan kurang dari pukul 6. Serena datang lebih awal dari biasanya. Beberapa menit kemudian, Putri datang.
                        “Serenaaa…!!” teriak Putri sambil berlari menuju Serena. Ia tidak langsung menuju kelas, tapi ia duduk di sebelah Serena.
                        “Ada apa sih, Put ? heboh banget. Kamu baru dapet lotre ?” tanya Serena bercanda.
                        “ Amiin semoga dapet lotre beneran..” sahut Putri sambil menengadahkan kedua tangannya seperti berdoa.
                        “Haha.. Amiin.”
                        “Eh, aku punya berita hebbohh banget.”
                        “Apaan ? Soal apa ?” tanya Serena dengan nada sedikit tidak tertarik.
                        “Ini tentang Damian.”
                        Damian ? tanya Serena dalam hati. Dia langsung penasaran dengan berita itu. Apalagi ini menyangkut Damian.
                        “Damian kenapa ?” tanya Serena
                        “Jangan kaget ya..”
                        “Apaan sih ? Buruan..” desak Serena makin penasaran.
                        “ Tau nggak, ternyata Damian udah jadian sama Feny anak kelas XII A3”
                        Seketika itu Serena langsung terdiam. Kaget akan apa yang telah didengarnya. Tidak percaya. Wajah Serena langsung terlihat murung.
                        Ternyata berita tentang Damian itu sangat mempengaruhi Serena. Saat jam pelajaran di kelas, Serena tampak tidak bersemangat, tidak bergairah. Diam-diam dia juga menatapi Damian dengan rasa kecewa dan tidak percaya.
*****
                        Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Serena. Bukan karena pelajaran di sekolah, tapi karena pikirannya yang selalu memikirkan berita yang disampaikan Putri padanya. ketika bel pulang berbunyi, Serena memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat dia berjalan menuju koridor sekolah, langkahnya terhenti sejenak. Ia melihat Damian sedang bersama kekasih barunya. Mereka terlihat serasi. Yang satu tampan, yang satunya lagi cantik. Mereka terlihat senang. Apa yang dilihatnya itu makin membuat Serena patah hati. Dia melanjutkan jalannya. Saat Serena melintas di depan mereka, dia sama sekali tidak menoleh. Pandangannya lurus ke depan. Sepintasn ia melihat Damian menoleh padanya saat Serena melewatinya. Tapi Serena tidak terlalu mempedulikannya.
                        Saat ia tiba di rumah, ia langsung menuju kamarnya. Dia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur, memejamkan matanya. Dia merasa lelah. Pikirannya lelah karena berita mengejutkan itu.
                        Sore itu, hujan turun dengan intensitas sedang. Serena duduk di dekat jendela sambil memandang keluar. Dia melamun dan merenung. Damian sudah menjadi milik orang lain. Dia tidak punya kesempatan. Dia mengetahui kenyataan itu dengan jelas. Mungkin inilah saatnya ia melupakan Damian. Melepaskan seluruh perasaannya terhadap Damian. Tapi, Serena sulit untuk bisa melupakan Damian. Dia sudah menyukainya selama hampir 3 tahun. Sulit untuk menghapus memori tentang Damian di hatinya. Keindahan senyumannya sudah terpatri jelas di hati dan pikirannya. Kenangan ketika dia mengobrol dengan Damian, senda gurau mereka. Bagaimana bisa Serena melupakan semua itu ? Bagaimana caranya ?
                        Lama Serena duduk termenung di sana. Tanpa terasa, air mata mengalir di pipinya. Pikirannya tentang Damian telah menguasai emosinya. Tapi Serena langsung tersadar dan mengusap air matanya. Dia berusaha tersenyum. Bagaimanapun sulitnya, ia akan berusaha dan mencoba untuk melepaskan perasaannya pada Damian.. mungkin seiring berjalannya waktu, dia bisa melupakannya. Mungkin juga tidak. Mungkin ia tidak bisa sepenuhnya melupakan Damian. Kenangan-kenangan berharga tentangnya mungkin akan tetap bertahan dan tersimpan rapi di lubuk hatinya yang terdalam. Mungkin semua itu akan terus diingat sampai napas terakhirnya. Kenangan manis tentang Damian. Cinta pertamanya. Sang pemilik hatinya.


-Sekian-

0 komentar:

Posting Komentar